Pages

Subscribe:

I'll try to tell you everything about football in this blog's..Especially for Indonesian..!!

  • Robin Van Persie another greatest striker ever.
  • RvP celebrated the third goal of his club during Premiere League at Etihad Stadium.
  • Messi 76th goal break Pele records.
  • Dangerous on the Pitch.
  • Does Cristiano Ronaldo would stay or go away from Real madrid?.
  • Nobody can stopped Messi's from scoring.
  • Xavi,A.Iniesta and Messi, the soul of FC.Barcelona.
  • Mike Dean feels Sir Alex Ferguson's complaint.
  • Mancini said that he still gave Balotelli's a chance to played at Manchester City.
  • Few years from now he will more shine with Manchester United.

Monday, January 14, 2013

Jalan panjang supremasi tertinggi. (Bagian I)


Pada awal abad ke-21. Keinginan dan hasrat untuk melihat kekuatan sepak bola dari berbagai belahan bumi saling beradu semakin besar. Dua tokoh sentral FIFA, Jules Rimet dan Henry Delaunay juga memiliki pemikiran yang sama. Konsep turnamen tingkat dunia pun dirancang. Namun sayang, Perang Dunia I terlanjur meletus hingga konsep itu pun terlunta-lunta.
Saat perang usai, konsep tentang Piala Dunia sempat tersingkir untuk sementara karena dipertandingkannya sepak bola di Olimpiade. Namun, setelah berjalan dua kali, Rimet dan Delaunay merasa Olimpiade tak cukup mewadahi.
"Di Olimpiade, banyak negara tidak diwakili oleh pemain-pemain terbaiknya." kata Delaunay.
Akhirnya, pada 26 Mei 1928, FIFA mengadakan kongres di Amsterdam (Belanda) untuk membahasnya. Hasilnya, diputuskan akan digelar Piala Dunia pertama pada 1930.
Turnamen tersebut diselenggarakan setiap empat tahun sekali, dan dari 19 kali pergelaran Piala Dunia hanya ada delapan negara yang tercatat berhasil memenangkan trofi turnamen paling bergengsi ini. Dan Brasil adalah salah satu negara yang paling sukses dalam turnamen Piala Dunia. Negara ini sudah menjuarai Piala Dunia sebanyak 5 kali.


  • Piala Dunia 1930, Uruguay.
Negara yang akan dipilih sebagai tuan rumah untuk Piala Dunia pertama, menjadi perdebatan serius. Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Uruguay mengajukan diri. Namun setelah melalui perundingan rumit, akhirnya Uruguay pun terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia yang pertama.
Tentu saja banyak yang terkejut dengan keputusan itu. Maklum, Uruguay hanyalah negara kecil dengan 2 juta penduduk dan yang menjadi permasalahan utama, letak negaranya yang berada di Amerika Selatan. Yang artinya dibutuhkan waktu selama 2 bulan perjalanan laut bagi negara-negara di Eropa untuk pergi ke sana. Argumen FIFA, cukup kuat untuk memilih Uruguay. Pertama, Uruguay merayakan seratus tahun kemerdekaannya tepat pada tahun 1930. Kedua, Uruguay adalah juara turnamen sepak bola di Olimpiade Paris 1924. Dan alasan ketiga, Pemerintah Uruguay bersedia membiayai perjalanan dan akomodasi seluruh tim peserta, juga membangun stadion baru pada saat kondisi perekonomian dunia sedang tidak menentu.
Keseriusan itulah yang membuat FIFA luluh dan memilih Uruguay sebagai tuan rumah Piala Dunia perdana. Namun, perhelatan tidak semulus rencana. Menjelang digelarnya Piala Dunia, Eropa dilanda krisis ekonomi parah. Akibatnya negara-negara Eropa membatalkan diri untuk ikut serta pada turnamen Piala Dunia.
Piala Dunia pertama sempat terancam gagal. Pada saat itulah presiden FIFA, Jules Rimet kembali berperan besar. Melalui lobi pribadinya, empat negara Eropa -Yugoslavia, Rumania, Belgia, dan Perancis- akhirnya mau ikut berpartisipasi. Piala Dunia pun bergulir dengan 13 negara peserta.
Dua kekuatan utama pada waktu itu, Uruguay dan Argentina bertemu di final. Dengan dukungan dari publiknya, tuan rumah Uruguay melaju mulus ke final setelah menghantam Peru, Rumania dan Yugoslavia.
Argentina juga tak terbendung. Perlawanan keras hanya diberikan oleh Perancis. Meksiko, Cile dan Amerika Serikat menjadi bulan-bulanan 'Tim Tango'.
Melalui pertarungan sengit dan panas, Uruguay pun akhirnya tampil sebagai juara. Meski sempat tertinggal 1-2 di babak pertama, the Celeste mampu membalikkan keadaan menjadi 4-2. Gol-gol dari Pablo Dorado, Pedro Cea, Iriarte dan Hector Castro membawa Uruguay menjuarai Piala Dunia perdana di hadapan publik sendiri. Semua pemain Uruguay tampak menangis terharu ketika Jose Nasazzi menjadi orang pertama yang mengangkat trofi sepak bola paling presticius di seluruh dunia itu.


  • Piala Dunia 1934, Italia.
Piala Dunia untuk pertama kalinya digelar di Eropa. Pada kongres FIFA di Stockholm (Swedia), Oktober 1932, Italia ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 1934. Diyakini bahwa kekuasaan dan pengaruh diktator Benito Mussolini sangat besar. Meski FIFA membuka kesempatan kepada setiap negara untuk mencalonkan diri, namun tak satu pun negara selain Italia yang mendaftarkan diri berkat manuver politik Mussolini pada saat itu.
Mussolini menganggap ajang turnamen Piala Dunia sebagai alat efektif propaganda paham fasisme. Dia ingin Italia dikenal dunia dan diakui kebesarannya sehingga pengaruhnya akan semakin meluas. Dengan mengusung tema sporting fiasco, tuan rumah Italia mencoba mengemas event itu dengan sebaik-baiknya.
Turnamen Piala Dunia kali ini digelar dalam skala yang lebih besar di delapan kota: Milan, Roma, Napoli, Trieste, Genoa, Bologna, Turin dan Florence. Namun juara bertahan Uruguay tidak bersedia ikut dalam ajang Piala Dunia kali ini, sehingga meninggalkan catatan kaki lain dalam buku sejarah sebagai satu-satunya juara bertahan yang tidak ingin mempertahankan gelar juaranya. Alasan resminya karena masalah keuangan, tapi sebenarnya sengaja melakukan boikot. Uruguay melakukan aksi balas dendam karena beberapa negara Eropa, termasuk Italia, memboikot Piala Dunia 1930.
Tuan rumah Italia di bawah asuhan Vittorio Pozzo mendapat tekanan yang sangat tinggi. Mussolini memberikan instruksi agar Gli Azzurri menjadi juara. Jika tidak, pelatih dan para pemain diancam akan dihukum gantung. Untungnya Giuseppe Meazza dkk tidak grogi. Italia pun melenggang mulus.
Di pertandingan pertama, Amerika Serikat dipermalukan dengan skor telak 7-1 di kota Roma. Dan pada putaran kedua, Italia sempat ditahan imbang Spanyol 1-1 sehingga harus dilakukan pertandingan ulang pada esok harinya. Gli Azzurri menang tipis 1-0 atas Spanyol pada pertandingan kali ini, Giuseppe Meazza mencetak satu-satunya gol yang akhirnya membawa Italia lolos ke babak semifinal.
Pada babak berikutnya Italia harus bertemu lawan berat, Austria. Namun Gli Azzurri mampu bermain bagus dan menang 1-0. Anehnya, setelah pertandingan muncul isu bahwa Italia didukung dan diuntungkan wasit pertandingan tersebut. Dikabarkan, sebelum pertandingan babak semifinal, para wasit dikumpulkan dan bertemu dengan Mussolini. Tetapi berbagai isu miring itu tak menghalangi laju Gli Azzurri menuju kursi juara.
Di babak final, Italia mendapat perlawanan keras dari para pemain Cekoslovakia, tapi akhirnya menang 2-1. Para pemain Italia pun dapat bernapas lega karena batal dihukum gantung.




  • Piala Dunia 1938, Perancis.
Kondisi menjelang digelarnya Piala Dunia 1938 sangat tidak kondusif. Politik di Eropa sedang memanas karena dimulainya agresi Jerman ke beberapa negara dan pecahnya perang saudara di Spanyol. Anehnya, pada kongres 15 Agustus 1936, FIFA justru menjatuhkan pilihan kepada Perancis sebagai tuan rumah Piala Dunia 1938. Keputusan ini tentu saja mengundang reaksi keras. Amerika Selatan merasa seharusnya kali ini giliran mereka untuk menjadi tuan rumah.
Argentina yang sangat berambisi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 1938, merasa sangat kecewa dan lantas menarik diri untuk tidak ikut serta. Begitu pula dengan Uruguay, hanya Brasil yang kemudian maju menjadi wakil dari Amerika Selatan, sekaligus menjadi penampilan perdana Tim Samba di ajang Piala Dunia 1938. Sedangkan dari benua Eropa, Wunderteam Austria terpaksa dicoret karena negeri tersebut telah dianeksasi oleh Jerman pada 12 Maret 1938. Bahkan sebagian pemain Austria kemudian ditarik untuk memperkuat tim nasional Jerman.
Di Piala Dunia ini, untuk pertama kalinya wakil dari Asia ikut berlaga, yaitu Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Namun sayangnya Hindia Belanda harus pulang lebih awal setelah dikalahkan Hungaria dengan skor telak 6-0.
Italia tampil di Perancis dengan predikat juara bertahan. Dan boleh dikata, sebelum turnamen digelar pun Italia sudah jadi juara. Ramalan itu terbukti. Sempat direpotkan Norwegia pada pertandingan pertama, langkah tim asuhan Vittorio Pozzo itu tak terbendung.
Tantangan berat terjadi di semifinal saat Italia harus menghadapi Brasil di kota Marseille. Namun, blunder yang dilakukan pelatih Tim Samba, Ademar Pimenta melapangkan langkah Giuseppe Meazza dkk untuk melaju ke putaran final.
Perlawanan keras tim kejutan Hungaria di final tak juga mampu membendung Italia. Cemerlangnya penampilan striker Gli Azzuri, Giuseppe Meazza dapat mengatasi perlawanan keras itu. Italia menang 4-2 dan mencatatkan diri dalam sejarah sebagai negara pertama yang meraih gelar juara Piala Dunia dua kali berturut-turut.


  • Piala Dunia 1950, Brasil.
Setelah sempat vakum selama satu dasawarsa, Piala Dunia akhirnya digelar kembali pada 1950. Usai perang dunia kedua mereda, FIFA menggelar kongres di Luxemburg untuk membahas kelanjutan nasib turnamen empat tahunan itu. Pertemuan yang diadakan pada 25 Juli 1946 itu menetapkan Brasil sebagai tuan rumah Piala Dunia dengan alasan keamanan lebih terjamin.
Semula, Piala Dunia ke-4 itu rencananya akan digelar pada 1949, namun terpaksa diundur setahun karena kondisi negara-negara Eropa belum sepenuhnya aman. Brasil setuju menjadi tuan rumah dengan syarat sistem pertandingan diubah menjadi setengah kompetisi, baik pada babak penyisihan grup maupun babak final. Persyaratan itu diajukan agar biaya sebagai penyelenggara lebih ringan. Karena pada saat itu Brasil sedang membutuhkan uang banyak untuk membangun stadion raksasa, Maracana.
Persyaratan Brasil pun disetujui oleh FIFA, yang membuat Perancis mengundurkan diri karena tidak setuju dengan bentuk sistem itu. Australia kemudian mengikuti jejak Perancis.
Tim lain yang juga mengundurkan diri dari turnamen Piala Dunia adalah Skotlandia. Negara itu memilih tidak tampil karena permintaan agar seluruh negara peserta secara aklamasi menganggap Skotlandia-lah yang berhak mewakili Britania Raya dan bukannya Inggris, ditolak oleh FIFA. Hungaria, Cekoslovakia dan Turki mundur karena alasan politik di dalam negerinya. Kasus walk out lainnya cukup unik, India yang menjadi wakil Asia memilih tidak mengikuti Piala Dunia dikarenakan FIFA menolak permintaan India agar para pemainnya diizinkan bertelanjang kaki saat bertanding.
Namun meski dibanjiri aksi pengunduran diri, Piala Dunia tetap jadi digelar. Uruguay akhirnya tampil sebagai juara setelah di pertandingan penentuan melawan Brasil menang dengan skor 2-1. Hal yang sangat disesalkan kubu tuan rumah, karena sebenarnya Brasil hanya membutuhkan hasil imbang untuk menjadi juara Piala Dunia.



  • Piala Dunia 1954, Swiss.
Piala Dunia yang akan dikenang sepanjang masa sebagai yang terseru dan penuh dengan aksi-aksi menawan. Hingga saat ini, Piala Dunia 1954 tercatat memiliki rasio gol terbanyak, 140 gol dalam 26 partai, yang berarti rata-rata per partai adalah 5.38. Di Piala Dunia yang sekaligus peringatan hari jadi FIFA ke-50 itu, ada nuansa baru: nuansa global. Karena, untuk pertama kalinya ada siaran langsung televisi sehingga khalayak ramai di luar Swiss bisa turut menikmati aksi-aksi para pemain melalui layar kaca.
Tiga partai yang akan dikenang sepanjang sejarah Piala Dunia terjadi di Swiss. Pertama, perempat final antara Swiss versus Austria yang berakhir dengan skor 5-7 sebagai partai dengan jumlah gol terbanyak di putaran final hingga saat ini. Kedua, partai antara Hungaria melawan Brasil di perempat final yang pada kemudian hari dijuluki sebagai 'Pertempuran Bern'. Partai yang sarat dengan kekerasan dan cenderung brutal, tiga pemain diberikan kartu merah, satu untuk Bozsik dan dua lainnya masing-masing untuk pemain Brasil, Nilton Santos dan Humberto. Perkelahian bahkan masih berlanjut saat kedua tim telah berada di kamar ganti.
Dan yang ketiga, pada saat Hungaria bertemu Jerman Barat di final (tim yang pernah dikalahkan pada penyisihan grup dengan skor 8-3). Hungaria maju ke final Piala Dunia 1954 dengan membawa gelar tak resmi sebagai tim terbaik dunia pada saat itu. Sebagai juara Olimpiade pada tahun 1952, mereka telah mencatatkan 23 kemenangan dan 4 kali imbang selama empat tahun sebelumnya, dan kemenangan mereka yang paling terkenal adalah saat menumbangkan Inggris dengan skor 6-3 pada November 1953 dimana mereka menjadi tim tamu pertama yang berhasil menjadi juara di Wembley.
Hungaria seolah akan mengulangi hasil di penyisihan grup saat unggul dua gol dalam 8 menit. Namun, keajaiban terjadi. "Das Wunder von Bern." kata orang-orang Jerman pada saat itu. Dua gol balasan berhasil dilesakkan dengan cepat dan sebuah gol penentu dicetak oleh striker Jerman Barat, Helmut Rahn pada menit-menit terakhir yang membuat Hungaria gagal melengkapi catatan gemilangnya.



  • Piala Dunia 1958, Swedia.
Lamanya matahari bersinar pada musim panas di Swedia akhirnya memberikan Brasil gelar juara Piala Dunia 1958 untuk pertama kalinya. Tahun bersejarah yang menandai munculnya legenda sepak bola terbesar sepanjang masa. Dia adalah Edson Arantes do Nascimento, atau yang lebih dikenal dengan nama Pele. Seorang pemuda yang pada waktu itu masih berumur 17 tahun 7 bulan.
Dengan mengandalkan organisasi strategi yang baru dan dua talenta penyerang berbakat tinggi pada diri Pele dan Garrincha, Brasil akhirnya berhasil mengalahkan Swedia 5-2 di babak final. Menjadi tim pertama yang berhasil meraih trofi Piala Dunia di benua yang berbeda.
Namun, tidak hanya para pemain Brasil saja yang berhasil memukau pada ajang Piala Dunia 1958. Striker Perancis, Just Fontaine mencatatkan rekor yang masih bertahan hingga saat ini dengan mencetak 13 gol dalam enam pertandingan untuk membantu negaranya mengklaim tempat ketiga. Tidak buruk untuk seorang pemain yang memulai dari pilihan salah Rene Bliard.



  • Piala Dunia 1962, Cile.
Cile akhirnya berhasil mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggara Piala Dunia untuk pertama kalinya. Meskipun pihak tuan rumah baru saja mengalami bencana gempa bumi terbesar pada abad ke-20 dua tahun sebelumnya, Piala Dunia tetap jadi digelar pada 30 Mei 1962 dengan melaksanakan pertandingan pembuka di empat tempat, yaitu Santiago, Vila Del Mar, Rancagua dan Arica.
Namun Piala Dunia 1962, dikenang sebagai Piala Dunia yang sarat dengan kekerasan, bahkan sejak partai pertama dibuka. Sampai-sampai, komisi disiplin harus memberi briefing dalam sebuah rapat darurat kepada para wasit untuk mengatasi masalah ini. Puncak kekerasan terjadi saat Italia bertemu tuan rumah Cile di penyisihan grup. Insiden yang dikenang sebagai 'Battle of Santiago' itu berawal dari komentar miring jurnalis Italia soal Cile.
Baru 12 menit pertandingan dimulai, wasit Ken Aston langsung mengeluarkan pemain Italia, Giorgio Ferrini karena pelanggaran brutal. Uniknya, si pemain menolak meninggalkan lapangan hingga diperlukan bantuan polisi untuk menyeretnya keluar. Insiden terus terjadi. Pemain Cile, Leonel Sanchez mematahkan hidung pemain Italia, Humberto Maschio. Sebaliknya pemain Italia lainnya, Mario David membalas dan sengaja menendang Sanchez pada kesempatan lain. Hasilnya, David pun diusir keluar dari lapangan.
Sedemikian panasnya pertandingan sehingga pihak keamanan harus tiga kali terlibat untuk menenangkan keadaan. Cile akhirnya menang 2-0 atas Italia. Terlepas dari segala kekerasan yang menghiasi Piala Dunia 1962, langkah juara bertahan Brasil tak terbendung. Brasil datang dengan kembali membawa sembilan pemainnya saat menjuarai Piala Dunia 1958 yang lalu. Kali ini Seleção berada di bawah asuhan pelatih baru Aymore Moreira, dia menggantikan Vicente Feola yang mengundurkan diri karena sakit.
Meski sempat dirundung sial gara-gara cedera paha kiri yang dialami Pele, Seleção tak mendapat hadangan berarti. Brasil sukses mempertahankan piala Jules Rimet di Cile, dan keluar sebagai juara Piala Dunia 1962 untuk kedua kalinya. Amarildo, Zito dan Vava mencetak gol yang mengalahkan tim kejutan Cekoslovakia 3-1 di partai puncak.




  • Piala Dunia 1966, Inggris.
Tak ada yang menolak saat Inggris ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 1966. Meski awalnya enggan mengikuti turnamen Piala Dunia, bagaimana pun juga Inggris adalah kiblat penting sepak bola dunia. Selain punya tradisi yang mengakar, waktu itu Inggris dinilai memiliki fasilitas terbaik.
Inggris memang menjadi tuan rumah terbaik sejak Piala Dunia 1930, tetapi kualitas kompetisinya dianggap kurang menghibur. Pamer keterampilan dan seni sepak bola yang ditunjukkan oleh Hungaria pada Piala Dunia 1954, serta Brasil pada Piala Dunia 1958, tak terlihat sama sekali. Hampir semua tim peserta lebih mementingkan kemenangan daripada keindahan sepak bola.
Akibatnya, pola defensif lebih mendominasi. Sungguh ironis jika dibandingkan dengan gegap-gempita penyelenggaraan Piala Dunia yang terkesan mewah dan megah. Yang menarik justru munculnya kejutan demi kejutan. Juara bertahan Brasil takluk di penyisihan grup, dan satu-satunya tim dari Asia, yaitu Korea Utara secara mengejutkan berhasil lolos ke babak perempat final setelah sebelumnya mampu menyingkirkan Italia. Namun, langkah Korea Utara harus terhenti di Goodison Park, setelah kalah 5-3 dari Portugal.
Kejadian menarik lain dari Piala Dunia 1966 adalah pencurian piala Jules Rimet pada saat sedang dipamerkan, beruntung seekor anjing yang bernama Pickles berhasil menemukan piala ini teronggok di bawah pagar taman pinggiran kota di sebelah tenggara kota London.
Inggris sebagai favorit juara melenggang mulus tak terkalahkan. Duel melawan Jerman Barat di babak final pada 30 Juli 1966 dianggap sebagai laga besar dan hari bersejarah bagi rakyat Inggris. Walaupun Wolfgang Weber sempat membuat publik Inggris terdiam dengan gol penyeimbang pada menit ke-89. Anak asuh pelatih Alf Ramsey mampu bangkit kembali, dua gol tambahan Geoff Hurst pada perpanjangan waktu (salah satunya menimbulkan kontroversi hingga hari ini karena tak jelas apakah sudah melewati garis gawang atau tidak) akhirnya mengantar Inggris menjadi juara Piala Dunia dengan skor akhir 4-2.










  • Piala Dunia 1970, Meksiko.
Dua pengumuman yang sangat mengejutkan dikeluarkan oleh FIFA menjelang diselenggarakannya Piala Dunia 1970. Keputusan pertama, tim yang berhasil menjuarai Piala Dunia sebanyak tiga kali berhak untuk memiliki Piala Jules Rimet selama-lamanya. Hal ini membuat Italia, Uruguay dan Brasil menjadi sangat antusias mendengar keputusan itu. Karena ketiga negara itu telah memenangi turnamen Piala Dunia sebanyak dua kali. Saking antusiasnya, Pele yang sempat mengumumkan untuk tidak bermain di Piala Dunia lagi, membatalkan niatnya. Si Mutiara Hitam kembali dengan semangat untuk mempersembahkan trofi Jules Rimet kepada rakyat Brasil.
Sedangkan pengumuman kedua, FIFA memutuskan untuk mengubah waktu pertandingan menjadi pukul 12 siang waktu setempat demi memenuhi keinginan stasiun televisi Eropa. Keputusan itu sempat mendapat reaksi negatif dari para pemain dan pihak pelatih yang merasa keberatan jika harus bertanding di bawah terik matahari musim panas.
Namun, meski harus bermain di bawah sengatan terik matahari siang bolong, negara-negara yang bertanding tetap menyuguhkan permainan menarik. Tiga partai, yaitu: Inggris melawan Brasil, Inggris melawan Jerman Barat dan Italia melawan Jerman Barat dinilai sebagai partai-partai terbaik sepanjang sejarah Piala Dunia.
Di tengah pertandingan-pertandingan menarik itulah, Brasil dengan Pele-nya berhasil melaju ke final Piala Dunia yang diadakan di Stadion Azteca yang berkapasitas 150 ribu penonton untuk menghadapi Italia.
Pertandingan yang tidak hanya memperebutkan gelar juara dunia, namun juga untuk menentukan tim mana yang berhak menyimpan Piala Jules Rimet untuk selamanya. Akhirnya, kecerdasan pelatih Brasil, Joao Saldanha digabungkan dengan aksi memukau Pele dkk-lah yang menjadi pemenang. Gol-gol yang dicetak Pele, Gerson, Jairzinho dan Carlos Alberto meluluh-lantakkan Catenaccio ala Italia. Jules Rimet pun akhirnya bersemayam di Brasil.




0 comments: